Sekilas

KARMA VS TAKDIR

Apakah perbedaan karma dengan takdir? Apakah Hindu percaya takdir? Mungkin pertanyaan tersebut pernah terlintas dalam benak kita. Perbedaan karma dan takdir adalah sebagai berikut:
Karma : Tindakan manusia akan membawa hasil dan hasil itu yang menentukan “nasib” (apa, bagaimana dan siapa) manusia itu. Manusia bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Agar ada tanggung jawab maka manusia memiliki kehendak bebas. Bersifat bebas, karena manusia, dengan tindakannya selalu dapat merubah nasibnya. Dalam keadaan sesulit apapun selalu ada kesempatan dan harapan untuk perbaikan, karena itu ia bersifat optimistik. Karma dikaitkan dengan pasangannya Reinkarnasi, dapat menjelaskan keadaan manusia (yang berbeda-beda) dengan rasional. “Sesuai dengan kehendaknya, demikianlah perbuatannya. Sesuai dengan perbuatannya, demikianlah ia jadinya. Yang berbuat baik menjadi baik. Yang berbuat jahat menjadi buruk “. (Brhadaranyaka Upanisad 4.4.5) Karma itu adil.

Takdir : Tuhan menentukan nasib manusia secara sepihak dan sewenang-wenang, konon, menurut Islam, Allah meniupkan roh manusia kedalam tubuh janin ketika janin itu berusia 40 hari di dalam kandungan ibunya. Pada waktu itulah ditentukan apakah dia akan jadi orang baik (penghuni sorga) atau orang jahat (penghuni neraka). Kristen tidak menjelaskan soal ini, mengenai kapan jiwa manusia dibentuk dan kapan ia masuk ke dalam tubuh manusia.

Takdir bersifat definitif dan tertutup, artinya manusia tidak dapat merubah takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Tidak ada kehendak bebas pada manusia, karena semua sudah ditentukan oleh Allah sebelumnya. Karena tidak ada kehendak bebas, seharusnya manusia tidak bertanggung jawab. Tetapi anehnya, di dalam agama-agama ini ada Hari Pengadilan Terakhir, pada hari itu setiap manusia diadili atas perbuatan mereka yang sebenarnya hanya sekedar menjalankan apa yang telah ditetapkan Allah. Setelah diadili mereka dikirim ke sorga atau neraka, sesuai perbuatan yang telah ditakdirkan, dimana mereka menikmati kesenangan dan siksa badan secara abadi.

Oleh karena itu, takdir sangat tidak rasional, tidak adil dan kejam. Dogma takdir melahirkan sikap fatalistik, semua digantungkan pada Allah, manusia tidak perlu berusaha. Buat apa berusaha karena semua sudah ditakdirkan oleh Allah.

Hindu percaya Karma dan tidak percaya takdir.


Sumber: Petunjuk Untuk Yang Ragu